Minggu, 30 Maret 2014

BUNGA MERAK

Klasifikasi
Tanaman khas : Jawa Barat
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Rosidae
 Ordo: Fabales
 Famili: Caesalpiniaceae
 Genus: Caesalpinia
 Spesies: Caesalpinia pulcherrima (L.) Swartz

  1. Batang: bercabang-cabang dengan arah percabangan monopodial, batang berbentuk bilat (teres), permukaan batang rata (laevis), berwarna coklat keputihan dan pada kulit batang terdapat  duri.
  2. Daun: menyirip rangkap dua (bippinnatus), tiap anak daun pada tangkai ibu daun terdapat 10 pasang, daun berbentuk bulat telur (ovatus), ujung daun retusus, pangkal daun tumpul (obtusus), tepi daun rata (integer), tulang daun menyirip (penninervis), tata letak daun daun berhadapan (folia opposita). Daun berwarna hijau.
  3. Bunga: Merupakan bunga majemuk dengan karangan bunga berbentuk tandan (racemus) terletak pada ujung batang, termasuk kedalam bunga bisexualis, simetris bunga zygomorph, perhiasan bunga merupakan corolla dan calyx. Putik berjumlah satu dengan letak ovarium superum, terdii dari 1 loculus, 1 carpellum dan ovolum banyak dengan letaknya parietalis.
Manfaat:
Kembang merak dapat berkhasiat untuk mengatasi demam, diare akut, kejang. Tanaman herbal ini juga bagus untuk menurunkan panas pada anak-anak. Kembang merak juga dipercaya dapat mengurangi sariawan dan perut kembung.


BUNG TOMO

Sutomo atau di kenal dengan panggilan Bung Tomo tercatat sebagai pahlawan nasional sejak 2 November 2008 melalui pengukungan oleh Menteri Informasi dan Komunikasi M Nuh. Beliau adalah tokoh popoler pada peristiwa pertempuran 10 November di Surabaya. Ia seorang orator, pembakar semangat juang untuk bertempur sampai titik darah penghabisan, mempertahankan harga diri, tanah air dan bangsa yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Sutomo (Surabaya, 3 Oktober 1920 – Makkah, 7 Oktober 1981) atau Bung Tomo adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA dan berakhir dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Bung Tomo di lahirkan di kampung Blauran – Surabaya. Beliau lahir dari seorang ayah bernama Kartawan Tjiptowidjojo.
Ayahnya merupakan termasuk golongan kelas menengah. Pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, perusahaan swasta, dan perusahaan ekspor – import Belanda. Sedangkan Ibunya keturunan Jawa Tengah, Sunda dan Madura. Keluarga Bung Tomo sangat menghargai sekali akan pendidikan. Sehingga pembawaannya sangat lugas dan bersemangat. Namun pada usia nya 12 tahun, Bung Tomo terpaksa harus meninggalkan pendidikannya di MULO. Kemudian begitu juga dengan pendidikan HBS, Ia selesaikan dengan cara korespondensi, meskipun tidak secara resmi selesainya. Bung Tomo bercerita bahwa rasa nasionalisnya Ia dapatkan pertama dari keluarga, terutama dari kakeknya. Kemudian Ia dapatkan dari pendidikannya di Kepanduan Bangsa Indonesia.
Pada usianya ke 17 tahun, ia memperoleh peringkat Pandu Garuda. Sebauh peringkat yang sangat berharga karena berarti Bung Tomo menjadi orang kedua di Hindia Belanda. Sutomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, ia menjadi staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia juga pernah bekerja sebagai polisi di kota Praja dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor untuk perusahaan mesin jahit “Singer”. Sutomo dibesarkan dalam keluarga kelas menengah. Pendidikan menjadi hal penting yang harus diperoleh Sutomo dan keluarganya. Sutomo berkepribadian ulet, pekerja keras, daya juangnya sangat tinggi.
Di Usia mudanya Sutomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Ia juga bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Pada 1944 ia anggota Gerakan Rakyat Baru . Sejak kedatangan sekutu dan pasukan NICA di Surabaya, Bung Tomo berjuang mati-matian mempertahankan Surabaya dari cengkeraman Sekutu dan NICA. Bung Tomo memiliki pengaruh kuat di kalangan pemuda dan para pejuang. Ia dengan lantang membakar semangat pejuang untuk bertempur habis-habisan melawan pasukan sekutu. Pertempuran tersebut dipicu oleh tewasnya Brigjen AWS Malaby dalam kontak senjata dengan pejuang. Meskipun kekuatan pejuang tidak seimbang dengan kekuatan pasukan sekutu, namun peristiwa pertempuran 10 November tercatat sebagai peristiwa terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia Sekitar tahun 1950-an Bung Tomo mulai aktif dalam kehidupan politik.

Ia sempat menjadi Menteri negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 pada kabinet Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR 1956-1959 dari Partai Rakyat Indonesia. Pada masa pemerintahan orde Baru, Bung Tomo banyak mengkritik kebijakan Soeharto yang dianggapnya mulai melenceng. Akibatnya tanggal 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Soeharto. Padahal jasanya begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Satu tahun setelah di tahan Bung Tomo kemudian di bebaskan dan tidak banyak aktif dalam kehidupan politik. Bung Tomo dikenal sebagai muslim yang taat beribadah. Beliaupun wafat ketika menunaikan ibadah Haji di padang Arafah Makkah tanggal 7 Oktober 1981.Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

ARJUNA


Nama: Arjuna
Nama lain: Kumbawali, Parta, Margana, Panduputra, Kuntadi, Indratanaya, Prabu Kariti, Palgunadi, Dananjaya
Karakter: Cerdik, pandai
Senjata: Ardadeli, Sarotama, Pasupati, Sangkali, keris Pulanggeni, dan keris Kalanadah

Arjuna merupakan putra ketiga dari lima Pandawa, pasangan Pandu dengan Dewi Kunti. Ia memiliki darah keturunan titisan Hyang Wisnu. Di antara lima bersaudara, Arjunalah yang tertampan, karena ia sanggup menaklukkan hati seorang wanita hanya dari mimpi. Dan itu pula sebabnya, Arjuna memiliki empat belas orang istri, di antaranya adalah Dewi Sumbadra, Dewi Larasati, Dewi Ulupi (Palupi), Dewi Srikandi, Dewi Jimambang, Dewi Ratri, Dewi Dresnala, Dewi Wilutama, Dewi Manuhara, Dewi Supraba, Dewi Antakawulan, Dewi Maeswara, Dewi Retno Kasimpar, Dewi Juwitaningrat, Dewi Dyah Sarimaya. Sementara anaknya ada lima belas orang.
Arjuna bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul kadal menek, bersunting waderan, berkalung putran (bulan sabit), bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Berkain bokongan putran. Dalam cerita Mahabarata ketika meletus Perang Baratayuda, Arjuna bertarung melawan Adipati Karna. Pada kesempatan itu, ia berhasil mengalahkannya dengan melesatkan anak panahnya tepat ke tubuh Adipati Karna.

Ketika berusia senja dan pemerintahan Hastina dipimpin oleh Parikesit, Arjuna bersama empat orang saudaranya mengembara ke Gunung Mahameru. Mereka menjadi pertapa hingga meninggal di sana.

KEMBALIKAN INDONESIAKU KE INDONESIA


Budaya Timur yang Hilang
            Indonesian adalah Negara yang penuh dengan suku bangsa dan budaya. Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai dari nenek moyangnya, namun dengan perkembangan zaman, budaya timur di Indonesia sudah semakin hilang dan para warga negaranya pun sudah hampir melupakannya. Masuknya zaman globalisasi ke Indonesia membuat budaya barat gampang untuk masuk ke dalam Indonesia dan membuat budaya asli Indonesia sedikit demi sedikit menghilang.
            Dahulu salam adalah hal yang penting dan membantu untuk mempererat tali persaudaraan. Namun semakin berkembangnya zaman semua itu semakin jarang di lakukan. Budaya yang berkambang saat ini adalah berkomunikasi menggunakan social media yang semakin berkembang dan marak digunakan semua orang. Maka dari itu semakin berkembangnya zaman budaya timur yang ada di Indonesia semkin lama semakin hilang. Bahkan sopan santun terhadap orang yang lebih tua pun sudah semakin hilang, budaya musyawarah pun jarang digunakan. Kini semua orang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan kepentingan bersama.
            Bangsa Indonesia adalalah bangsa yang besar dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan berbeda-beda karakteristiknya bangsa ini memiliki sesuatu yang unik di mata bangsa asing. Namun semuanya sudah mulai hilang atau berbanding terbalik sekarang, karena moral dan perilaku yang diciptakan oleh orang itu sendiri.

Sela Candra Dewi
28313347 / 1TB04

Tugas Ilmu Budaya Dasar